Teringat akan sebuah kisah di balik kelabu
Ketika langit tak secerah dulu
Sepekan sudah tak hadir ia menemuiku
Mungkinkah matahari sedang sendu
Menunggang bumi, sang pelukis bergegas menuju
Mencari matahari namun tak temu
Melihat itu kupu-kupu memanggil sang angin
Titipkan warna pada setiap hembus
Pelukis langit lari terburu-buru
Hingga dia lupa warna kuning dan biru
Pelukis langit lari terburu-buru
hingga yang ada hanya kelabu
Pelukis langit lari terburu-buru
Hingga dia lupa warna kuning dan biru
Pelukis langit lari terburu-buru
hingga yang ada hanya kelabu
hingga yang ada hanya kelabu
(Pelukis langit lari terburu-buru
Hingga dia lupa warna kuning dan biru
Pelukis langit lari terburu-buru
hingga yang ada hanya kelabu)
(Pelukis langit lari terburu-buru
Hingga dia lupa warna kuning dan biru
Pelukis langit lari terburu-buru
hingga yang ada hanya kelabu)
Sebelum kita mengulas makna lagu ini, saya punya saran film yang menurut saya memiliki kesamaan dengan lagu ini. Film itu berjudul "No" yang diperankan oleh Gael Garcia Bernal. Lagu ini benar-benar mengingatkan saya kepada film itu. Kesamaan antara lagu ini dengan film itu akan diulas nanti.
Oke, apa kabar semua? Dibalik kesyahduan, merdunya suara Rara Sekar, dan aransemen yang menggembirakan, Pelukis Langit, menurut (ke-soktauan) saya, mempunyai makna kritis yang dikemas secara eksplisit dan terstruktur. Bait pertama kita akan menjumpai bait yang jika diartikan secara langsung bermakna rindu yang mendalam. Ya, kita akan langsung berpikir bahwa lagu ini adalah lagu kangen (tanpa band). Tidak jauh beda lah dengan lagu-lagu melankolis yang umun beredar di radio-radio pengejar jumlah pendengar.
Bait kedua akan terdengar seperti lagu anak-anak yang mempersonifikasikan kupu-kupu yang bicara kepada angin. Angin pun bisa mendengar yang sukses membuat kita berimaji dengan hal macam dongeng itu. Selanjutnya, bait ketiga sampai akhir lagu, kita disuguhkan dengan kata "warna", "kuning", "biru", dan "kelabu". Dari sini lah, saya menyadari sebuah kritik yang tidak tergambar secara langsung dari lagu ini.
Bait awal, yang tadi sudah digambarkan bagai lagu rindu, merupakan ungkapan keresahan akan situasi yang sudah kepalang parah. Mengapa? Lagu ini menggambarkan bahwa suasana di masa lalu yang cerah sudah tidak ada lagi. Maka, lagu ini menceritakan seperti dongeng bahwa dahulu kala hari sungguh indah.
Berlanjut ke bait setelahnya, kisah si Pelukis Langit mulai didongengkan. Pelukis Langit yang menunggang bumi ini, menurut pandangan (ke-soktauan) saya, adalah pembangun. Maksud saya dari pembangun disini adalah pemerintah maupun pihak swasta yang ingin mengeksploitasi alam dengan pembangunan. Kemudian, matahari (yang menurut saya berbeda arti dari "matahari" pada bait-bait awal) memiliki makna tujuan dari pembangunan tersebut untuk menambah kualitas hidup yang dibarengi dengan kata-kata "tak temu" yang berarti tidak tepat pembangunan tersebut. Disini kita mulai menemukan maksud dari lagu ini. Tapi, apalagi yang lebih-lebih meresahkan digambarkan pada bait selanjutnya sampai akhir.
Kuning, biru, dan kelabu adalah penekanan pada lagu ini. Hal ini dibuktikan dengan pengulangan yang terus menerus sampai akhir. Saya ingat waktu masih duduk di bangku sekolah dasar pada mata pelajaran seni rupa. Suatu hari, saya pernah disuruh guru saya untuk membawa cat warna untuk praktek melukis. Waktu itu, saya diajari bahwa mother color dari berbagai jenis warna yang terdapat pada kotak cat warna yang saya bawa adalah merah, kuning, dan biru. Saya pun diajari untuk mengkombinasikan tiga warna tadi untuk membuat warna lain. Pada saat mengkombinasikan warna kuning dan biru, saya mendapati dua warna tersebut berubah menjadi warna yang berbeda. Dua warna tadi berubah menjadi warna hijau. Wah, kaget, takjub, dan wow sekali saya waktu itu. Maklum, masih SD, cuk.
Dari pengalaman waktu SD tadi, saya langsung memahami penekanan pada lagu ini. Pelukis langit yang lari terburu-buru itu menceritakan pembangunan yang mendahulukan kecepatan penyelesaian pembangunan. Kemudian, dia lupa untuk membawa warna kuning dan biru. Imbasnya, kelalaiannya mengakibatkan hanya ingat untuk membawa warna kelabu. Terjemahan dari kata kelabu dapat diartikan abu-abu atau dalam bahasa inggris ash coloured.
Mungkin kawan-kawan mulai paham dengan maksud ulasan (ke-soktauan) saya tentang lagu Pelukis Langit dari Banda Neira ini. Pembangunan yang terburu-buru tadi melupakan warna kuning dan biru. Kenapa kuning dan biru? Kuning dapat diartikan sebagai mentari yang biasa dilihat di saat langit telanjang. Biru dapat diartikan sebagai kanvas langit yang melatari sang mentari. Kemudian, kombinasi warna kuning dan biru yang menghasilkan warna hijau dapat diinterpretasikan hijaunya tumbuhan maupun pepohonan di kolong langit. Tapi, apa daya pembangunan yang terburu-buru tadi melupakan warna yang mewakilkan indahnya bumi tadi. Kemudian, yang ada hanya warna kelabu yang dapat diartikan sebagai bangunan.
Secara cepat, jika saya ditanyai oleh orang lain, "Apa warna beton?"
Secara spontan saya akan menjawab, "Abu-abu!"
Jadi, inti makna dari lagu Pelukis Langit merupakan kritik terhadap pembangunan yang sudah tidak mempedulikan dampaknya terhadap bumi. Pembangunan yang melupakan Amdal (Analisis Mengenai Dampak terhadap Lingkungan). Pembangunan yang membuat lupa bahwa kita butuh bumi yang tetap disinari mentari di setiap pagi. Pembangunan yang sudah pangling bahwa banyak hutan sudah digasak para maling. Pembangunan yang sudah sakit jiwa hingga alam lupa dijaga. Maka dari itu, lagu ini sangat membekas di dalam hati saya sebagai lagu tentang lingkungan yang menyembunyikan maknanya dan ketika dikupas sangat dalam sekali keresahan dari Banda Neira.
Menyambung dari awal tulisan ini, saya ingin memberitahukan kesamaan lagu Pelukis Langit ini dengan film "No". Menurut pandangan (ke-soktauan) saya, lagu dan film tersebut sama dalam cara penyampaian pesan kepada para penyimaknya. Lagu Pelukis Langit menyuguhkan aransemen yang menyenangkan dibalik keresahan yang mendalam. Sedangkan, film "No" berkisah tentang negara Chile yang pada waktu itu (antara akhir 80-an atau awal 90-an, saya lupa) mengadakan referendum (penentuan sikap) apakah rakyatnya ingin terus dipimpin oleh presidennya saat itu, Pinochet, atau tidak. Referendum ini diadakan dengan metode pemilihan umum yang juga biasa kita lakukan. Namun, kertas yang akan dicoblos oleh mereka hanya berupa kata Sì (Iya, untuk ingin terus dipimpin Pinochet) atau No (Tidak, tidak ingin terus dipimpin Pinochet).
Gael Garcia Bernal, pemeran utama pada film ini, dikisahkan sebagai kepala kreatif untuk mengkampanyekan No. Akhirnya dia memutuskan untuk membuat iklan pada jaringan televisi di Chile dengan menggambarkan Chile akan bahagia jika rakyatnya memilih No. Tapi, dia mendapat penolakan dari para pimpinan fraksi No karena yang digambarkan dalam iklan bukan memvisualisasikan rezim Pinochet yang represif. Hal ini tentu membuat Gael tertekan. Namun, dia tetap pada kepercayaannya untuk menampilkan kebahagiaan yang akan diraih dibanding menggambarkan masa lalu kelam rezim Pinochet yang bagai membuka luka lama. Apakah dia berhasil? Tonton filmnya, cuk.
Kesamaan yang terkandung dari lagu Pelukis Langit dan film No tadi tergambar dari cara penyampaian pesan kepada penyimak. Lagu Pelukis Langit menyiratkan keresahan dengan menyuguhkan kegembiraan sementara film No mengisahkan cara yang baik agar Chile lepas dari kesengsaraan. Mirip bukan? Saya dibawa ke nostalgia saat menonton kisah film No saat menghayati lagu Pelukis Langit ini.
Oh iya, film No merupakan nominasi Oscar untuk film berbahasa asing terbaik waktu itu (antara tahun 2011 atau 2012, saya lupa). Itulah mengapa waktu itu saya tertarik untuk menonton film ini.
Oke, selesai sudah ulasan (ke-soktauan) saya tentang makna lagu Pelukis Langit. Dari ulasan diatas, saya berharap agar kawan-kawan dapat tetap kritis terhadap apa yang tidak benar dalam kehidupan kawan-kawan. Cara-cara untuk mengkritik tadi tergantung kawan-kawan sendiri. Apakah dengan cara langsung dan tersurat atau dengan cara tersirat. Baik dengan media tulisan, musik, film, atau apapun media yang kawan-kawan geluti. Saya pribadi sangat kagum dengan makna tersirat yang mendalam dari lagu ini.
¡Alegria ya viene!